Pemimpin Eropa Ramai-ramai Dukung Presiden Ukraina Zelensky Usai Diusir Trump

Sabtu, 01 Maret 2025 | 20:28:50 WIB
Ketegangan politik global kembali meningkat setelah perdebatan sengit terjadi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025).

Jakarta - Ketegangan politik global kembali meningkat setelah perdebatan sengit terjadi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025). Insiden ini mengejutkan para pemimpin dunia dan memicu reaksi keras dari berbagai negara, terutama negara-negara Eropa yang secara terbuka menyatakan dukungan mereka terhadap Zelensky.

Perdebatan yang terjadi di Gedung Putih berawal dari pertanyaan Zelensky terkait keberpihakan Trump terhadap Rusia. Zelensky menyinggung pelanggaran komitmen yang telah dilakukan Moskow selama bertahun-tahun serta dampaknya terhadap stabilitas global. Trump, yang terkenal dengan sikap blak-blakan, menuduh Zelensky mempertaruhkan nyawa jutaan orang dengan kebijakan yang dapat memicu Perang Dunia III. Wakil Presiden AS JD Vance juga menambahkan tuduhan bahwa Zelensky tidak tahu berterima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh AS.

Ketegangan meningkat ketika Trump menyebut Zelensky sebagai sosok yang tidak menghormati AS, sementara Zelensky menegaskan bahwa Ukraina hanya berusaha mempertahankan kedaulatannya dari agresi Rusia. Perdebatan ini berlangsung dalam suasana yang panas dan memicu kecaman serta dukungan dari berbagai pihak di seluruh dunia.

Dukungan Eropa untuk Zelensky

Setelah insiden ini, negara-negara Eropa, kecuali Hungaria, dengan cepat menyatakan solidaritas mereka terhadap Zelensky dan Ukraina. Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Ketua Dewan Eropa Antonio Costa menegaskan bahwa Zelensky tidak sendirian dalam perjuangannya. Mereka menyatakan bahwa Uni Eropa akan terus bekerja sama dengan Ukraina untuk mencapai perdamaian yang adil dan abadi.

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga memberikan dukungan penuh kepada Ukraina dengan menegaskan bahwa Rusia adalah pihak agresor dalam perang ini. Ia menyindir Trump dengan mengatakan bahwa jika ada yang bermain-main dalam Perang Dunia III, itu adalah Vladimir Putin. Jerman, melalui pernyataan calon kanselir Friedrich Merz serta Kanselir Olaf Scholz dan Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock, menegaskan bahwa mereka tetap berada di pihak Ukraina dalam perjuangan mereka melawan agresi Rusia.

Sikap Negara-Negara Lain

Dukungan untuk Zelensky juga datang dari Inggris, di mana Perdana Menteri Keir Starmer menegaskan komitmen negaranya untuk mencari perdamaian yang abadi bagi Ukraina. Italia, melalui Perdana Menteri Giorgia Meloni, menyerukan pertemuan darurat antara AS, Eropa, dan sekutu mereka untuk membahas langkah strategis menghadapi tantangan saat ini.

Belanda, Polandia, Spanyol, Australia, dan Kanada juga menyatakan dukungan mereka terhadap Ukraina. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk dengan tegas menyatakan bahwa Ukraina tidak sendirian dalam menghadapi ancaman dari Rusia. Di sisi lain, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban memberikan apresiasi terhadap Trump dan menyebut bahwa "orang kuat membuat perdamaian, sementara orang lemah membuat perang." Pernyataan ini memperjelas posisi Hungaria yang lebih condong ke Rusia dalam konflik ini.

Reaksi Rusia terhadap Ketegangan di Gedung Putih

Sementara negara-negara Barat mendukung Ukraina, Rusia tampak puas dengan meningkatnya ketegangan antara AS dan Ukraina. Kremlin melihat perdebatan ini sebagai tanda melemahnya dukungan AS terhadap Ukraina, yang dapat menguntungkan Rusia dalam perang berkepanjangan ini. Beberapa analis politik menilai bahwa perselisihan terbuka antara Trump dan Zelensky dapat memperburuk hubungan AS-Ukraina dan mengubah dinamika dukungan internasional terhadap Kyiv.

Dampak Global dari Ketegangan Ini

Cekcok antara Trump dan Zelensky di Gedung Putih bukan hanya sekadar perselisihan diplomatik, tetapi juga mencerminkan ketegangan geopolitik yang semakin meningkat. Keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pemimpin dunia dalam beberapa bulan ke depan akan sangat menentukan arah masa depan perang di Ukraina serta stabilitas global.

Beberapa pakar hubungan internasional memperingatkan bahwa jika AS mengurangi dukungannya terhadap Ukraina, Rusia dapat semakin agresif dalam upayanya untuk merebut wilayah Ukraina yang tersisa. Di sisi lain, jika Eropa mengambil peran lebih besar dalam mendukung Ukraina, kemungkinan besar akan terjadi perpecahan antara AS dan sekutu Eropanya, yang dapat dimanfaatkan oleh Rusia.

Perdebatan sengit antara Trump dan Zelensky di Gedung Putih telah mengguncang dunia dan memperlihatkan perpecahan yang semakin nyata dalam kebijakan luar negeri AS terhadap Ukraina. Dukungan kuat dari negara-negara Eropa untuk Zelensky menunjukkan bahwa Kyiv masih memiliki banyak sekutu, tetapi ketidakpastian dari Washington dapat memberikan dampak besar terhadap kelangsungan perang ini.

Dalam waktu dekat, dunia akan melihat bagaimana respons lanjutan dari AS dan sekutunya terhadap krisis ini. Apakah perselisihan ini akan semakin memperburuk hubungan AS-Ukraina, atau justru menjadi momentum bagi negara-negara Barat untuk memperkuat aliansi mereka dalam menghadapi agresi Rusia? Jawaban atas pertanyaan ini akan sangat menentukan nasib Ukraina dan stabilitas global di masa mendatang.

Tags

Terkini