Indonesia Mulai Ekspor Alumina, Prabowo Dijadwalkan Meresmikan

Rabu, 19 Maret 2025 | 10:17:40 WIB

Jakarta – Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP Nonpetikemas) Indra Hidayat Sani mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo Subianto akan meresmikan ekspor alumina pertama yang dilakukan oleh Indonesia pada April 2025.

Menurut Indra, PTP Nonpetikemas selama ini telah mendukung pengangkutan bauksit dan alumina di Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang dioperasikan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI). Ia menegaskan bahwa alumina yang diproduksi di smelter tersebut sudah siap untuk diekspor ke berbagai negara.

"Rencananya setelah kemarin Pak Prabowo meresmikan smelter Freeport yang di Gresik, pada bulan April besok Pak Presiden Prabowo akan ke Kijing untuk melihat ekspor perdana alumina," ujar Indra saat menghadiri acara buka puasa bersama media massa di Jakarta, Rabu (19/3).

Peran PTP Nonpetikemas dalam Pengangkutan Bauksit dan Alumina

Indra menjelaskan bahwa PTP Nonpetikemas memiliki peran penting dalam proses bongkar muat bauksit dari kapal tongkang. Bauksit merupakan bahan baku utama dalam produksi alumina. Setelah dibongkar muat, bauksit kemudian dikirim ke smelter BAI yang berlokasi sekitar tujuh kilometer dari pelabuhan milik PTP Nonpetikemas.

Di smelter BAI, bauksit diproses menjadi alumina. Setelah melalui proses tersebut, PTP Nonpetikemas kembali mengangkut alumina ke pelabuhan untuk kemudian dimuat ke kapal tongkang.

"Infonya, alumina yang sudah diproduksi ini akan dikirim ke PT Inalum, pabrik pengolahan aluminium yang ada di Asahan. Dahulu, pabrik ini dikuasai dan dijalankan oleh pihak Jepang, namun kini sudah sepenuhnya dioperasikan oleh PT Inalum," jelas Indra.

Selain digunakan di dalam negeri, sebagian dari alumina yang dihasilkan juga akan diekspor ke berbagai negara yang memiliki permintaan tinggi terhadap produk tersebut.

Upaya Mengurangi Ketergantungan Impor Aluminium

Sebelumnya, Presiden ke-7 RI Joko Widodo pernah mengungkapkan kekhawatirannya terhadap ketergantungan Indonesia pada impor aluminium. Padahal, Indonesia memiliki sumber daya alam bauksit yang cukup melimpah dan dapat diolah menjadi aluminium melalui proses pemurnian.

Jokowi mencatat bahwa Indonesia membutuhkan sekitar 1,2 juta ton aluminium per tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 56 persen masih harus dipenuhi melalui impor.

"Setiap tahun, kita kehilangan devisa sekitar US$3,5 miliar atau lebih dari Rp50 triliun hanya karena impor aluminium. Dengan meningkatkan produksi dalam negeri, kita bisa mengurangi ketergantungan tersebut dan menyelamatkan devisa negara," ujar Jokowi saat meresmikan injeksi bauksit perdana di Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) pada 24 September 2024.

Dampak Positif Ekspor Perdana Alumina

Dengan adanya ekspor perdana alumina yang akan diresmikan Presiden Prabowo, diharapkan Indonesia dapat lebih mandiri dalam industri aluminium serta mengurangi ketergantungan terhadap impor. Langkah ini juga dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok aluminium global.

Selain itu, keberhasilan ekspor alumina juga akan meningkatkan nilai tambah dari komoditas bauksit yang selama ini hanya diekspor dalam bentuk mentah. Dengan adanya smelter, nilai ekonomi dari bauksit dapat meningkat secara signifikan.

Pemerintah pun terus berupaya mendorong hilirisasi industri mineral, termasuk bauksit dan alumina, guna menciptakan dampak positif bagi perekonomian nasional. Investasi di sektor ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan penerimaan negara, serta memperkuat daya saing industri dalam negeri.

Dengan langkah-langkah strategis ini, ekspor perdana alumina Indonesia pada April 2025 menjadi tonggak penting dalam perjalanan Indonesia menuju kemandirian industri aluminium dan pengelolaan sumber daya alam yang lebih optimal.

Tags

Terkini