Kilaskini.com - Dalam seminggu terakhir, demonstrasi besar-besaran terus terjadi di Israel. Ribuan warga menuntut agar Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mundur dari jabatannya karena dianggap tak mampu membebaskan para tawanan.
Dilansir dari AFP, para demonstran berkumpul di depan parlemen, Selasa hingga Rabu malam, Rabu (3/4). Keluarga sandera Israel yang ditahan di Gaza menyalahkan Netanyahu atas "bencana" serangan Hamas pada 7 Oktober dan menuntut pemilihan umum segera.
"Anda adalah seorang firaun, pembunuh anak sulung. (Sebanyak) 240 anak diculik di bawah pengawasan Anda. Itu salah Anda," kata Einav Zangauker, yang putranya Matan masih ditahan di Gaza oleh Hamas, merujuk pada Netanyahu.
Para demonstran, termasuk keluarga para sandera yang masih dikuasai Hamas, menilai Netanyahu tidak benar-benar mendorong pembebasan. Mereka menganggap upaya agresi militer yang digencarkan Netanyahu, demi menjaga kekuasaan dan kepentingan politik kelompok semata.
Selain itu, para demontran juga memprotes dan menyoroti UU peradilan baru Netanyahu yang ditakutkan mengancam demokrasi.
"Tugas dasar negara adalah memastikan kembalinya mereka yang diculik. Saya naif, saya tidak menyadari bahwa PM kita tidak tertarik untuk memulangkan mereka karena pertimbangan politik," ujar warga lain Merav Svirsky, yang kehilangan kedua orang tuanya dalam serangan Hamas tersebut.
Sementara itu, oposisi yang dipimpin mantan Perdana Menteri Ehud Barak, menyoroti langkah Netanyahu yang tetap ngotot melancarkan serangan darat di Rafah. Ia mengatakan para sandera akan kembali dalam peti mati. "Saya menyerukan pemilu cepat, dan orang yang bertanggung jawab atas bencana tersebut harus dicopot dari kendali kekuasaan," tegasnya.
Seperti diketahui, pada 7 Oktober lalu, serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya menghantam Israel dan mengakibatkan sekitar 1.160 kematian di Israel. Hamas mengklaim serangan dilakukan sebagai balasan penjajahan Israel selama ini ke tanah Palestina. Hamas juga menyandera sekitar 250 sandera pada serangan itu. Saat ini, 33 di antaranya diperkirakan tewas.
Serangan itu dibalas genosida oleh Israel, di mana hingga kini total 32.916 warga sipil tewas sebagian besar perempuan dan anak-anak. Meski ada resolusi Dewan Keaman (DK) PBB kekerasan tak berhenti hingga kini. ***