Jakarta - Jovita Olivia SpA, dokter spesialis anak lulusan Universitas Diponegoro (UNDIP), menjelaskan bahwa gejala leukemia pada anak umumnya tidak jauh berbeda dengan orang dewasa. Salah satu tanda utama yang perlu diwaspadai adalah anemia, yang dapat diketahui melalui pemeriksaan darah. Dalam hasil pemeriksaan tersebut, kadar hemoglobin (HB) cenderung berkurang, sementara leukosit dan trombosit bisa mengalami kenaikan maupun penurunan.
Selain anemia, anak yang mengalami leukemia juga bisa menunjukkan tanda-tanda lain seperti nafsu makan yang tetap lahap tetapi tidak diiringi kenaikan berat badan, pendarahan spontan seperti mimisan dan gusi berdarah, serta munculnya hematoma atau lebam pada tubuh.
Menurut Jovita, paparan radiasi zat kimia yang berlebihan menjadi salah satu faktor pemicu utama leukemia pada anak. "Paparan ini bisa berasal dari tempat tinggal yang berdekatan dengan lingkungan pabrik atau pemancar listrik," jelas dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Hermina Bitung ini. Ia juga menambahkan bahwa dalam pemeriksaan darah, sel darah anak dengan leukemia cenderung tidak teratur atau "amburadul".
Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah demam berkepanjangan hingga lebih dari dua minggu tanpa penyebab yang jelas. Kondisi ini bisa menjadi indikasi adanya infeksi kronis yang terus berlanjut, yang berpotensi berkaitan dengan leukemia.
Penting untuk diketahui bahwa kanker darah, termasuk leukemia dan limfoma, merupakan jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak di Indonesia. Pada Januari 2024, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa leukemia menempati peringkat pertama dalam kasus kanker anak di Indonesia. Berdasarkan data Globocan 2020, dari total 11.156 anak penderita kanker, sebanyak 3.880 kasus (34,8 persen) merupakan leukemia, sementara kanker getah bening dan kanker otak masing-masing menyumbang sekitar 5,7 persen kasus.
Dengan tingginya angka kejadian ini, deteksi dini sangatlah penting. Para orang tua diimbau untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika menemukan tanda-tanda mencurigakan pada anak agar diagnosis dan penanganan dapat dilakukan sedini mungkin.***