Jakarta, Kilaskini.com - Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menilai biang kerok serangan Israel ke Gaza dan Libanon yang terus menerus, disebabkan oleh mengalirnya pasokan senjata yang dikirim oleh negara-negara barat, khususnya Amerika Serikat. Untuk itu Abbas mendesak masyarakat internasional untuk menghentikan pengiriman senjata ke Israel, demi menyudahi pertumpahan darah di Gaza dan Tepi Barat.
Seruan ini secara khusus dialamatkan Abbas ke Amerika Serikat yang menjadi sekutu Israel, yang terus mengirimkan senjata bahkan bantuan dana bagi negeri Zionis.
"Hentikan kejahatan ini. Hentikan sekarang. Hentikan pembunuhan anak-anak dan perempuan. Hentikan genosida. Hentikan pengiriman senjata ke Israel," kata Abbas di hadapan para pemimpin negara di Sidang Majelis Umum PBB di New York.
"Kegilaan ini tidak boleh berlanjut. Seluruh dunia bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada rakyat kami di Gaza dan Tepi Barat," ujar Abbas.
Abbas mengatakan AS terus memberikan perlindungan diplomatik dan persenjataan ke Israel untuk melakukan agresi di Jalur Gaza, meskipun jumlah korban tewas terus bertambah.
"AS sendiri yang berdiri dan berkata, 'Tidak, pertempuran akan terus berlanjut.' AS melakukannya dengan menggunakan hak veto," kata dia, Hak veto ini mengacu pada langkah yang berulang kali dilakukan AS, untuk menggagalkan resolusi Dewan Keamanan PBB soal Gaza.
"Mereka memberi Israel senjata mematikan yang digunakan untuk membunuh ribuan warga sipil tak berdosa, anak-anak, dan perempuan. Hal ini semakin mendorong Israel untuk melakukan agresi terus-menerus," imbuhnya.
Pidato Abbas disampaikan beberapa bulan setelah Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Negara Palestina layak mendapatkan keanggotaan penuh di organisasi internasional tersebut.
Dalam pidatonya, Abbas mengatakan pembangkangan Israel terhadap Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang sering disebutnya bias, menunjukkan negara itu tidak boleh menjadi bagian dari badan dunia tersebut.
"Israel, yang menolak melaksanakan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa, tidak layak menjadi anggota organisasi internasional ini," kata Abbas.***