Jakarta - Squid Game season 2 sukses besar nih! Sejak tayang 26 Desember 2024, Squid Game jadi tayangan Netflix teratas yang ditonton di 93 negara berselang dua hari dari perilisan. Kabarnya Netflix cuan triliunan rupiah cuma dari Squid Game 2 aja lo!
Klaim ini dibuat oleh K EnterTech Hub, sebuah media riset lokal Korea Selatan. Dilansir tulisan Baek Byung Yeul dari Korea Times, klaim tersebut dibuat berdasarkan proyeksi dari kesuksesan season 1.
K EnterTech Hub dalam klaimnya menyebut Squid Game season 1 punya biaya produksi sekitar 25 miliar Won. Dari situ mereka berhasil mendapatkan pemasukan sekitar 1 triliun Won, sekitar 40 kali lebih besar dari modalnya.
Nah untuk Squid Game season 2 ini, ongkos produksi drakor yang diperankan Lee Jung Jae dan Lee Byung Hun itu meroket sampai 100 miliar Won. Dari situ kemudian K EnterTech Hub memprediksi paling nggak Squid Game 2 bakal cuan sekitar 1,5 triliun Won. Angka ini setara Rp 16,59 triliun.
Tapi Netflix langsung memberikan bantahannya. Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Rabu (1/1/2025), mereka menyebut mustahil menghitung pemasukan hanya dari satu acara di platform tersebut.
"Soal analisis pendapatan Squid Game 2 yang dirilis lembaga riset domestik, ada beberapa aspek yang sama sekali berbeda dengan kenyataan. Sebagai layanan berlangganan bulanan, Netflix nggak bisa menghasilkan pendapatan tambahan berdasarkan jumlah tontonan atau waktu pemutaran karya individu. Jadi, mustahil buat ngitung pendapatan berdasarkan kesuksesan satu karya. Nggak ada informasi resmi yang memungkinkan perkiraan pendapatan dan Netflix nggak menilai kinerja karya dengan cara ini," kata Netflix.
Mereka juga bilang kalau perhitungan yang dilakukan K EnterTech Hub nggak bisa dipakai di acara Netflix. Ini lebih cocok kalau dipakai buat prediksi perhitungan film bioskop yang menjual tiket atau pendapatan dari layanan pay-per-view (bayar untuk nonton).
"Netflix memiliki struktur yang memproduksi konten berdasarkan biaya langganan bulanan member. Kami khawatir penyebaran informasi yang nggak akurat karena analisa atau klaim yang salah seperti ini bisa bikin salah paham soal struktur bisnis kami," lanjut mereka.**