Erick Thohir: Jangan Bandingkan Danantara dengan 1MDB, Lihat Contoh SWF yang Sukses

Erick Thohir: Jangan Bandingkan Danantara dengan 1MDB, Lihat Contoh SWF yang Sukses
Erick Thohir mengatakan Danantara berbeda dengan 1Malaysia Development Berhad (1MDB)

Tangerang – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mengakui bahwa masih ada pandangan negatif terhadap Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Namun, ia menegaskan bahwa Danantara berbeda dengan 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang pernah mengalami skandal korupsi besar.

Dalam konferensi pers di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Erick meminta masyarakat untuk tidak langsung membandingkan Danantara dengan kasus 1MDB yang penuh dengan masalah. Ia menekankan bahwa Indonesia perlu melihat contoh keberhasilan pengelolaan dana investasi negara atau Sovereign Wealth Fund (SWF) di berbagai negara.

Menolak Narasi Negatif

"Saya yakin hari ini mungkin market masih berpikir negatif kepada Danantara. ‘Pak, nanti Danantara 1MDB lho.’ Jangan ngelihat itu!" ujar Erick. Ia mencontohkan beberapa SWF yang sukses, seperti yang ada di Arab Saudi, Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) di Dubai, dan Qatar Investment Authority di Qatar.

Menurutnya, Indonesia harus berani membandingkan diri dengan SWF yang berhasil dan berkinerja baik. Dengan begitu, Danantara dapat terus berkembang hingga mencapai standar internasional yang tinggi.

"Kita harus berani membuka diri, benchmarking (membandingkan) mana yang tidak bagus, mana yang bagus. Masa kita bikin Sovereign Wealth Fund yang segede ini, yang nomor tujuh atau nomor delapan, benchmarkingnya yang nggak bagus? Berarti ya sama aja setback (kemunduran). Kita kasih lihat yang bagus," tambahnya.

Sumber Dana yang Jelas dan Transparan

Erick Thohir juga menekankan bahwa investasi Danantara tidak berasal dari dana masyarakat yang disimpan di bank, melainkan dari dividen hasil perusahaan-perusahaan BUMN.

"Ini bukan uang masyarakat diambil dari bank, diinvestasi. Bukan. Ini uang dividen yang dimasukkan ke investasi, gitu lho. Ini supaya jangan kita berargumentatif yang jadi ini," jelas Erick.

Pernyataan ini ia sampaikan untuk menepis kekhawatiran publik bahwa pengelolaan Danantara akan mengambil dana dari tabungan masyarakat di perbankan. Ia menegaskan bahwa mekanisme pendanaan ini telah dirancang agar tidak membebani rakyat.

BUMN dan Persepsi Publik

Selain membahas Danantara, Erick juga menyoroti bagaimana BUMN kerap mendapatkan stigma negatif karena beberapa kasus korupsi. Menurutnya, meskipun ada beberapa perusahaan BUMN yang bermasalah, hal tersebut tidak bisa digeneralisasi ke seluruh BUMN.

"BUMN korupsi, BUMN nggak bagus, ya itu kan bagian dari demokrasi kurang. Tapi kalau korupsi semua, tidak mungkin profitnya Rp 310 triliun. Kalau tidak bagus, tidak mungkin pelayanan airport hari ini juga bisa lebih bagus," kata Erick.

Ia juga menegaskan bahwa upaya reformasi dan perbaikan terus dilakukan di lingkungan BUMN untuk meningkatkan transparansi, efisiensi, dan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan-perusahaan pelat merah.

Optimisme terhadap Masa Depan Danantara

Meskipun masih ada pandangan skeptis dari masyarakat, Erick Thohir optimis bahwa Danantara akan membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Ia percaya bahwa dengan manajemen yang baik, Danantara bisa menjadi salah satu SWF yang diperhitungkan di tingkat global.

Sebagai perbandingan, beberapa SWF yang telah sukses di dunia memiliki strategi investasi yang matang dan transparan. Oleh karena itu, Erick berharap bahwa masyarakat bisa memberikan kesempatan bagi Danantara untuk berkembang dan menunjukkan potensinya.

Keberhasilan Danantara dalam jangka panjang akan sangat bergantung pada tata kelola yang baik, transparansi, serta kemampuan untuk menarik investasi dari dalam dan luar negeri. Dengan strategi yang tepat, Danantara diharapkan mampu memberikan manfaat besar bagi perekonomian nasional.

Erick juga menegaskan bahwa pemerintah akan terus berupaya memastikan Danantara dikelola dengan prinsip good governance agar tidak terjadi penyimpangan seperti yang terjadi pada 1MDB.

Dengan adanya tantangan dan pandangan negatif yang masih ada, Erick Thohir mengajak masyarakat untuk lebih objektif dalam melihat potensi Danantara. Alih-alih terjebak dalam ketakutan akan kasus masa lalu seperti 1MDB, ia ingin masyarakat mencontoh keberhasilan SWF di berbagai negara lain yang telah terbukti sukses.

Keberlanjutan Danantara akan sangat ditentukan oleh bagaimana pemerintah dan pengelolaannya menjaga integritas, transparansi, serta menerapkan strategi investasi yang menguntungkan bagi Indonesia. Erick Thohir berharap bahwa seiring waktu, kepercayaan masyarakat terhadap Danantara akan meningkat, dan keberadaannya dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional. **

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index