Jakarta – Harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali melambung tinggi dan mencetak rekor baru. Pada Jumat, 11 April 2025, harga emas Antam mencapai Rp1,889 juta per gram. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah, melampaui rekor sebelumnya yang tercatat hanya sehari sebelumnya, yaitu Rp1,846 juta per gram.
Lonjakan harga emas Antam ini terjadi di tengah situasi ekonomi global yang kembali bergejolak, dipicu oleh memanasnya perang dagang yang dilontarkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kebijakan dagang yang agresif dari AS memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, sehingga investor beralih ke instrumen investasi yang dianggap aman seperti emas.
Kenaikan harga emas Antam ini juga diikuti oleh harga buyback atau harga jual kembali yang melonjak menjadi Rp1,739 juta per gram. Dibandingkan dengan hari sebelumnya, harga buyback naik sekitar Rp43 ribu hanya dalam waktu 24 jam, menunjukkan permintaan tinggi terhadap logam mulia tersebut.
Berikut daftar harga emas batangan Antam berdasarkan situs resmi logammulia.com:
0,5 gram: Rp994,5 ribu
1 gram: Rp1,889 juta
2 gram: Rp3,718 juta
3 gram: Rp5,552 juta
5 gram: Rp9,220 juta
10 gram: Rp18,385 juta
25 gram: Rp45,837 juta
50 gram: Rp91,595 juta
100 gram: Rp183,112 juta
250 gram: Rp457,515 juta
500 gram: Rp914,820 juta
1.000 gram: Rp1,829 miliar
Faktor Global Pendorong Kenaikan Harga
Tak hanya di dalam negeri, harga emas dunia juga ikut melambung tinggi. Mengutip Reuters, harga emas global mencatatkan kenaikan sebesar 3 persen pada Kamis, 10 April 2025. Harga emas bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi sebesar US$3.171,49 per ons atau setara Rp53,3 juta, sebelum akhirnya ditutup pada level US$3.160,82 atau sekitar Rp53 juta per ons.
Nikos Tzabouras, Analis Pasar Senior dari Tradu.com, menjelaskan bahwa emas kembali mendapat tempat sebagai aset "safe haven" atau aset lindung nilai di tengah ketidakpastian pasar. Menurutnya, tren ini akan terus berlanjut jika ketegangan geopolitik dan ekonomi masih berlangsung.
"Emas kembali mendapatkan daya tariknya sebagai 'safe-haven' dan kembali ke jalur untuk menyentuh rekor harga tertinggi," ujar Tzabouras kepada Reuters.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa lonjakan harga emas masih berpotensi terhambat jika Amerika Serikat berhasil mencapai kesepakatan dagang dengan negara-negara mitra. Hal tersebut berpotensi menurunkan ketegangan pasar dan mengalihkan investor dari emas ke aset lainnya.
"Selain itu, hambatan mungkin muncul dari taruhan pemangkasan suku bunga Fed yang dapat memperkuat dolar," tambahnya.
Respons Pasar Domestik dan Prediksi Ke Depan
Kenaikan harga emas ini disambut antusias oleh investor ritel di dalam negeri. Banyak yang melihat momen ini sebagai peluang untuk merealisasikan keuntungan dari investasi emas yang telah mereka simpan sejak lama. Di sisi lain, konsumen yang baru ingin membeli emas mengaku berpikir ulang karena harga yang terlalu tinggi.
Analis pasar dalam negeri memperkirakan bahwa harga emas masih berpotensi naik, terutama jika konflik dagang antara Amerika dan sejumlah negara besar lainnya semakin memanas. Apalagi, dengan prospek pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed dan bank sentral lainnya, emas akan semakin diminati sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan depresiasi mata uang.
Secara teknikal, jika harga emas Antam mampu bertahan di atas level Rp1,850 juta dalam beberapa hari ke depan, maka potensi menuju Rp1,900 juta per gram bukanlah hal yang mustahil. Namun tetap, investor diimbau untuk berhati-hati dan tidak terburu-buru mengambil keputusan di tengah volatilitas pasar yang tinggi.
Kenaikan harga emas yang gila-gilaan ini menjadi cermin dari kondisi global yang tak stabil. Di tengah ketidakpastian, emas kembali membuktikan perannya sebagai pelindung nilai dan simbol keamanan dalam dunia investasi.**