Kerajaan Islam Pertama di Nusantara: Kerajaan Perlak, Bukan Samudera Pasai

Kerajaan Islam Pertama di Nusantara: Kerajaan Perlak, Bukan Samudera Pasai
Kerajaan Islam Pertama di Nusantara

Jakarta - Banyak orang mengira bahwa kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Samudera Pasai. Namun, berdasarkan beberapa sumber sejarah, Kerajaan Perlak justru lebih dahulu berdiri sebagai kerajaan Islam di Indonesia. Pada artikel ini akan mencoba mengungkap fakta bahwa narasi itu tidak tepat.

Menurut sumber buku Metahistory: Mengungkap Sejarah Langka oleh Moh. Zahirul Alim, faktanya, kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Perlak. Secara lini masa, Kerajaan Perlak berdiri pada 840 M, sedangkan Kerajaan Samudera Pasai berdiri pada 1267.

Nama Perlak berasal dari kayu perlak yang biasa digunakan sebagai bahan untuk membuat perahu. Jauh sebelum Islam berkembang di Indonesia, Perlak yang terletak di Aceh Timur, Nanggroe Aceh Darusallam adalah pelabuhan yang ramai. Bahkan tempat transit dan pusat perdagangan para saudagar yang berasal dari Arab, Persia, Tiongkok dan India.

Hal ini dikarenakan posisi Perlak yang sangat strategis pada masa itu. Sebelum menjadi kerajaan Islam, Perlak terlebih dahulu dipimpin oleh Maharaja Syahir Nuwi.

Awal Mula sebelum Kerajaan Perlak

Kembali mengutip buku Metahistory: Mengungkap Sejarah Langka, sejarah Kerajaan Perlak berawal pada 800 M. Sayid Maulana Ali Al-Muktabar yang tidak lain adalah keturunan dari Ali bin Abu Thalib bersama rombongan Nahkoda Khalifahnya datang ke Perlak untuk berdagang dan berdakwah. Masyarakat serta penguasa Perlak Syahir Nuwi ketika itu menyambut kedatangan mereka.

Misi dakwah Sayid Maulana Ali Al-Muktabar berhasil, masyarakat Perlak banyak memeluk Islam dan terpengaruh dengan ajaran Islam. Sebagai wujud penghormatan, Syahir Nuwi menikahkan Sayid Maulana Ali Al-Muktabar dengan adik perempuannya Puteri Makhdum Tansyuri.

Dari hasil pernikahan itu, lahirlah seorang putra yang diberi nama Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah. Ketika dewasa, Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah inilah yang akan memimpin Kerajaan Perlak.

Sejarah Kerajaan Perlak

Mengutip buku Ensiklopedia Kerjaan Islam di Indonesia oleh Binuko Amarseto, Perlak adalah kerajaan yang didirikan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah dengan masa pemerintahan yang cukup panjang. Kerjaan yang berdiri pada 1 Muharram 225 H / 840 M ini berakhir pada tahun 1292 karena bergabung dengan Kerajaan Samudera Pasai.

Dengan berdirinya Kerajaan Perlak, semakin banyak orang Arab yang datang untuk berdagang, baik dari kalangan Syiah maupun Sunni. Mereka tidak hanya berdagang, tapi juga menyebarkan agama Islam yang mereka yakini. Kalangan Sunni mempengaruhi elite lokal yang juga masih kerabat istana Perlak.

Kedua aliran itu terus menyebarkan pengaruhnya hingga sampai pada perebutan kekuasaan dan perlawanan terbuka yang terjadi pada masa sultan Perlak keempat, yakni Sultan Sayid Maulana Ali Mughayat Syah. Perebutan akhirnya dimenangkan pihak Sunni, dengan demikian sultan kelima Perlak sekaligus sultan pertama dari kalangan Sunni adalah Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Khadir Syah Johan Berdaulat.

Demi stabilitas Perlak, kalangan Syiah diangkat menjadi perdana menteri. Namun demikian, pengangkatan salah seorang dari golongan Syiah sebagai perdana menteri tidak dapat meredam perlawanan kaum Syiah sampai akhirnya terjadi perang saudara pada masa sultan ketujuh.

Perang ini berlangsung selama empat tahun dan berakhir setelah dibuat perjanjian damai yang dikenal sebagai Perjanjian Alue Meuh pada 10 Muharram 353 H. Perjanjian itu mengatur pembagian Perlak menjadi dua: Perlak Baroh, wilayah pesisir yang diserahkan kepada Dinasti Aziziyah (Syiah), dan Perlak Tunong, wilayah pedalaman yang diserahkan kepada Dinasti Makhdum (Sunni).

Sejak saat itu terjadilah perdamaian antara kedua aliran tersebut dan Islam semakin menyebar di Sumatera bagian utara. Namun demikian, Islam Syiah tidak berkembang karena Kerajaan Perlak Baroh dihancurkan oleh Sriwijaya dalam suatu serangan pada tahun 986.

Kerajaan Perlak Tunong yang dikuasai oleh kaum Sunni selamat karena Sriwijaya terpaksa menarik mundur pasukannya akibat ancaman dari Dharma Bangsa dan Jawa. Islam Sunni terus berkembang bahkan berhasil mengislamkan Raja Lingga, Adi Genali, melalui utusannya bernama Syekh Sirajuddin.

Penggabungan dengan Kerajaan Samudera Pasai

Kembali mengutip buku Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia, setelah perdamaian antara kaum Syiah dan Sunni, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat melanjutkan perjuangan melawan Sriwijaya hingga 1006. Sultan melakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri tetangga guna memperkuat menghadapi serangan dari Kerajaan Sriwijaya.

Sultan juga menikahkan dua putrinya dengan para pemimpin dua kerjaan tetangga yakni Kerajaan Malaka dan Kerajaan Samudera Pasai. Kesultanan Perlak berakhir dengan meninggalnya sultan ke-18 pada 1929 dan akhirnya menyatu dengan Kerajaan Samudera Pasai.

Raja-Raja Kerajaan Perlak

Merujuk pada buku Sejarah Peradaban Islam Lengkap oleh Rizem Aizid, sejak berdiri hingga bergabung dengan Kerajaan Samudera Pasai, terdapat 18 raja yang memerintah Kerajaan Perlak. Raja pertama ialah Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah (225-249 H atau 840-964 M). Pada 1 Muharram 225 H, beliau dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak.

Kerajaan Perlak mengalami masa jaya saat pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H atau 1225-1263 M). Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat terutama dalam bidang pendidikan Islam dan dakwah Islamiyyah.

Setelahnya, digantikan dengan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat sebagai sultan terakhir. Setelah beliau wafat pada 1292, Kerajaan Perlak bergabung dengan Kerajaan Samudera Pasai

Berikut adalah daftar sultan yang pernah memerintah Kerajaan Perlak:

Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah (840 - 864 M)
Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Rahim Syah (864 - 888 M)
Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah (888 - 913 M)
Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughayat Syah (915 - 918 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Johan Berdaulat (928 - 932 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Johan Berdaulat (932 - 956 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Johan Berdaulat (956 - 983 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Johan Berdaulat (986 - 1023 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Johan Berdaulat (1023 - 1059 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Johan Berdaulat (1059 - 1078 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Johan Berdaulat (1078 - 1109 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Johan Berdaulat (1109 - 1135 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Johan Berdaulat (1135 - 1160 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Johan Berdaulat (1160 - 1173 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Johan Berdaulat (1173 - 1200 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Johan Berdaulat (1200 - 1230 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (1230- 1267 M)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267 - 1292 M)
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index